Jumat, 07 Maret 2014

Aku di matamu mungkin bagaikan nun mati di antara idgham billagunnah, terlihat, tapi dianggap tak ada.

Jika mim mati bertemu ba disebut ikhfa syafawi, maka jika aku bertemu dirimu, itu disebut cinta.

Sejenak pandangan kita bertemu, lalu tiba2 semua itu seperti Idgham mutamaatsilain, melebur jadi satu.

Cintaku padamu seperti Mad Wajib Muttasil, paling panjang di antara yang lainnya.

Setelah kau terima cintaku nanti, hatiku rasanya seperti Qalqalah kubro.. terpantul-pantul dengan keras.

Dan akhirnya setelah lama kita bersama, cinta kita seperti Iqlab, ditandai dgn dua hati yang menyatu.

Sayangku padamu seperti mad thobiI dalam quran.. buanyaaak beneer.

Semoga cinta kita ini kayak idgham bilagunnah ya,cuma berdua, lam dan ro.

Meski perhatianku ga terlihat kaya alif lam syamsiah,cintaku padamu seperti alif lam Qomariah, terbaca jelas.

Kau & aku seperti Idghom Mutaqooribain, perjumpaan 2 huruf yg sama makhrajnya tp berlainan sifatnya.

Aku harap cinta kita seperti waqaf lazim,terhenti sempurna diakhir hayat.

Seperti Hamzah Qatie yg perlu disebut,begitu pula namamu yg harus kusebut sbelum aku tertidur dan bermimpi indah.

Dalam hatiku cuma ada Ente,layaknya Idgham Mithlain sighair,.cuma satu, mim.

Sama halnya dgn Mad aridh dimana tiap mad bertemu lin sukun aridh akan berhenti,seperti itulah pandanganku ketika melihatmu.

Layaknya huruf Tafkhim,Namamu pun bercetak tebal di fikiranku.

Seperti Hukum Imalah yg dikhususkan untuk Ro saja, begitu juga aku yg hanya untukmu.

Saat pertama kali berjumpa denganmu, aku bagaikan berjumpa dengan saktah, hanya bisa terpana dengan menahan nafas sebentar.

Categories: , , , , , , ,

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!